Senin, 28 Januari 2013

Strategi Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ( J.R David dalam Sanjaya, 2008:126). Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara effective dan efficient  ( Kemp dalam Sanjaya,2008:126). Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa  diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajar (Ahmad Rohani, 2004:32). Sementara itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah model-model mengajar daripa menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil dalam rohani, 2004:33).
Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah taknik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien (Nana Sudjanan dalam rohani, 2004:34). Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar atau pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode atau prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas dari pada metode dan teknik. Artinya, metode atau prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatuf, nyata dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran langsung?
2.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran tidak langsung?
3.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran interaktif?
4.      Apa yang dimaksud dengan strategi belajar melalui pengalaman?
5.      Apa yang dimaksud dengan strategi belajar mandiri?

1.3  Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan informasi serta pemahaman kepada pembaca tentang system pembelajaran atau strategi pembelajaran yag sesuai dengan harapan masing – masng pengajar dan peserta didik.

1.4  Manfaat Makalah
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penulisan makalah ini nantinya adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan informasi kepada para pembaca tentang strategi pembelajaran.
2.      Memberikan informasi serta pengetahuan kepada pendidik atau pembaca tentang macam-macam strategi pembelajaran.
3.      Memberikan pengarahan kepada pembaca khususnya kepada yang bersangkutan agar lebih mengerti cara yang baik digunakan dalam pengajaran,
4.      Sebagai bahan bacaan serta referensi pada para pembaca tntang strategi pembelajaran.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Strategi Pembelajaran langsung
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:
o    Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
o    Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
o    Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
o    Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
o    Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.

Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.
o    Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
o    Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
o    Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
o    Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
o    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
o    Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
o    Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.

1.      Pada situasi apa Pembelajaran Langsung dapat digunakan?
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:
o    Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
o    Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
o    Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
o    Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
o    Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
o    Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
o    Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
o    Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
o    Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
o    Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.

2.      Kelebihan  dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
Kelebihan model pembelajaran langsung:
o    Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
o    Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
o    Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
o    Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
o    Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
o    Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
o    Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
o    Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
o    Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
o    Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
o    Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
o    Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
o    Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
o    Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
o    Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
o    Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
o    Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:
o    Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
o    Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
o    Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
o    Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
o    Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
o    Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
o    Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
o    Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
o    Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
o    Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
o    Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
o    Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

3.      Jenis- jenis Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam rangka aplikasi suatu model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Penerapan sebuah model pembelajaran memungkinkan digunakannya metode pembelajaran lebih dari satu. Adapun jenis- jenis metode pembelajaran dapat dicermati pada paparan berikut.

1.      Metode Ceramah
Ceramah merupakan metode pembelajaran yang konvensional. Ceramah jika terlalu sering digunakan tidak akan efektif. Menurut Suprayekti (2003: 32) metode ceramah perlu diperbaiki dalam penerapannya dengan cara membangun daya tarik, (b) memaksimalkan pengertian dan ingatan, (c) melibatkan siswa, dan (d) memberikan penguatan.
Cara untuk membangun minat siswa pada saat guru menerapkan metode ceramah, yaitu: (a) guru mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti: anekdot, cerita fiksi, kartun, atau media visual yang menarik siswa; (b) kemukakan suatu problem; (c) kemukakan nilai positif dan manfaat; dan (d) berikan pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu.
Metode ceramah dalam penerapannya perlu memaksimalkan pemahaman dan ingatan. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan pemahaman dan ingatan, yaitu: (a) memberikan headlines dan kata kunci; (b) kemukakan contoh dan analogi; dan (c) gunakan media pembelajaran atau minimal alat bantu visual. Agar siswa tidak pasif, maka penerapan metode ceramah perlu melibatkan peserta didik. Hal tersebut salah satunya dapat ditempuh dengan memberikan tantangan spot. Tantangan spot adalah penghentian ceramah secara periodik disertai dengan memberikan tantangan kepada siswa untuk memberikan contoh dari konsep yang disajikan. Selain penggunaan tantangan spot, pemberian latihan-latihan juga dapat melibatkan siswa dalam ceramah. Latihan-latihan yang diberikan diarahkan untuk memperjelas point-point yang telah disampaikan dalam cermah.
Materi yang disampaikan melalu metode ceramah mudah terlupakan. Kondisi tersebut perlu diatasi dengan memberikan daya penguat ceramah. Adapun cara untuk memberikan daya penguat dalam metode ceramah, yaitu: aplikasi masalah dan review. Aplikasi masalah adalah pemberian masalah atau pertanyaan pada siswa untuk diselesaikan dengan memanfaatkan informasi yang diberikan pada saat ceramah. Selain itu, penguatan dapat diberikan dengan memberikan review. Review dalam hal ini siswa diminta mengulas ceramah yang telah disampaikan.
2.      Metode Tanya- Jawab
Metode tanya- jawab juga merupakan metode pembelajaran konvensional. Metode tanya- jawab digunakan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah. Menurut Mulyatiningsih (2011: 224) ada
3.      Metode Resitasi
Metode resitasi biasanya digunakan untuk mendiagnosis kemajuan belajar peserta didik. Resitasi diterapkan dengan menggunakan pola yaitu guru bertanya, peserta didik memberikan respon, lalu guru memberikan reaksi. Resitasi menurut Gage dan Berliner (melalui Mulyatiningsih, 2011: 225) umumnya digunakan dalam review, pengantar materi baru, mengecek jawaban, praktik, dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dan ide-idenya.



4.      Metode Praktik dan Drill
Metode praktik dilakukan setelah materi dipelajari atau guru memberikan demonstrasi. Metode drill digunakan ketika peserta didik diminta mengulang informasi pada topik-topik khusus sampai dapat menguasai topik-topik yang diajarkan. Metode praktik dan drill disebut juga metode praktik dan latihan. Metode tersebut diarahkan pada pengulangan (repitisi) untuk membantu peserta didik memiliki pemahaman yang lebih baik dan mudah mengingat kembali informasi yang sudah disampaikan.

2.2  Pengertian Strategi Pembelajaran Tidak Langsung
Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi pebelajar dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam pembelajaran tidak langsung, peran pembelajar beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
Pembelajar merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan pebelajar untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada pebelajar ketika mereka melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

1.      Reflektif
Ada dua macam refleksi yang Schon (1983) telah identifikasi yaitu refleksi langsung dan refleksi tidak langsung. Refleksi langsung terjadi bersamaan dengan kejadian yang dialami sementara refleksi yang tidak langsung dapat dilakukan kapan saja setelah suatu kejadian atau pengalaman terjadi. Sering orang mengupayakan pengalaman reflektif ketika terjadi masalah atau keadaan sulit. Hal demikian itu tentu saja merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk belajar dari pengalaman, namun pengalaman reflektif dapat memberikan manfaat dalam situasi apa saja apakah dalam keadaan yang kurang menguntungkan atau keadaan yang traumatik. Dan bahkan sangat mungkin menggabungkan pengalaman langsung dengan pengalaman tidak langsung untuk menciptakan suasana belajar yang memiliki tingkat keefektifan tinggi. Brian pernah mengajar putrinya naik sepeda dan dia ingin agar putrinya belajar pada lingkungan yang bagus . Baginya hal tersebut berarti dirinya menginginkan putrinya agar dapat belajar melalui pengalaman, tetapi tidak ingin melihat putrinya jatuh dan terluka. Sebagian orang berkata bahwa anda tidak akan bisa belajar naik sepeda tanpa pernah jatuh. Mereka mengatakan ; bagus sebenarnya belajar jatuh sehingga ketika jatuh betul tidak akan terluka berat.Karena Brian tidak pernah jatuh dari sepeda, maka dia berusaha agar putrinya dapat terhindar dari kejatuhan. Disamping itu dia juga menginginkan percobaan tersebut bernilai pengalaman reflektif. Hal ini sesuai dengan prinsip ownership of the learning sbb:
Untuk mengikut sertakan dan menantang pelajar, tugas dan suasna belajar harus mencerminkan kompeksitas lingkungan yang dapat pelajar fungsikan pada akhir pembelajaran. Pelajar tidak hanya perlu mempunyai kepemilikan pada pembelajaran atau pemecahan masalah tetapi mereka harus dihadapkan pada masalah itu sendiri ( Derry 1999).
2.      Peta konsep
Pengertian Peta Konsep Peta konsep adalah suatu gambar (visual) yang tersusun atas konsep- konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep. Menurut Novak (dalam Kadir, 2007), pemetaan konsep adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum dan konsep-konsep yang lebih spesifik. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Muhaemin, 2006). George Posner dan Alan Rudnitsky (dalam Busan, 2007) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian  pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu.
Dalam menghubungkan konsep- konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Menurut Ausubel dalam Hudojo et al (2002) diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif. Menurut Muhaemin (2006), penggunaan peta konsep dalam pendidikan dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, antara lain: (a) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, (b) Menyelidiki cara belajar siswa, (c) Mengungkapkan konsepsi yang salah pada siswa, dan (d) Alat evaluasi. Di samping itu menurut Magno (dalam Kadir, 2007), peta konsep dapat digunakan sebagai rangkuman dari suatu materi pelajaran untuk siswa, sebagai petunjuk dari guru selama interaksi di kelas, atau sebagai petunjuk bagi siswa tentang konsep-konsep utama dan konsep-konsep baru yang harus dipelajari. Pemahaman siswa dalam menentukan hubungan keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain saling berhubungan akan sangat membantu siswa dalam mempelajari materi bahan kimia dalam keseharian. Ciri-ciri peta konsep menurut Dahar yang dikutip Erman dalam Trianto (2007) sebagai berikut:
a.      Peta konsep (pemetaan konsep)  adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
b.      Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep- konsep.
c.       Dalam peta konsep, untuk menyatakan hubungan antara konsep-konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain.
d.      Peta konsep bersifat hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Jenis-jenis Peta Konsep Menurut Nur (2000) dalam Trianto (2007) peta konsep ada empat macam yaitu:
1.      pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).  Pohon Jaringan. Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan sesuatu yang menunjukan informasi sebab-akibat, hirarki, prosedur yang bercabang, istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan- hubungan.
2.      Rantai Kejadian. Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan tahap-tahap suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur serta suatu urutan kejadian.
3.      Peta Konsep Siklus Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke 20 kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
4.      Peta Konsep Laba-laba Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah- misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu, sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan sesuatu yang tidak menurut hirarki kecuali berada dalam suatu kategori, kategori yang tidak paralel serta hasil curah pendapat.
Manfaat Peta Konsep Dalam Pembelajaran Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat diantaranya menurut Ausubel dalam Hudojo et al (2002) menyatakan dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan/informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa.
3.      Pemecahan Masalah
Metode ini sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar matematika, seperti yang dikatakan oleh P Manulu dalam bukunya yang berjudul Strategi Mengajar dengan Pemecahan Masalah bahwa :
a.       “Pemecahan masalah yang bersifat matematika dapat menolong siswa meningkatkan daya analisis dan dapat membantu mereka dalam pemakaian daya ini pada berbagai situasi. Pemecahan masalah juga dapat menolong siswa dalam mempelajari fakta, ketrampilan, konsep dan prinsip matematika.”
b.      Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.
c.       Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secarabersama-sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
d.      Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan – persoalan. Adakalanya manusia memecahkan masalah secara instinktif ( naluriah ) maupun dengan kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh binatang.
e.      Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari, seringkali berfaedah dalam situasi yang luarbiasa. Misalnya seseorang yang dalam keadaan terjepit karena bahaya yang datangnya tak disangka, maka secara spontan mungkin ia melompati pagar atau selokan dan berhasil, yang seandainya dalam keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan.
f.        Dalam situasi yang problematis, baik manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara “coba – coba, salah”, mencoba lagi ( trial and error ) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem solving pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio ( akal ), disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi konkret.

Dalam menghadapi masalah yang lebih pelik, manusia dapat menggunakan cara ilmiah. Cara ilmiah untuk memecahkan masalah pada umumnya mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :
1.       Memahami masalah
-  Masalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan teliti. Bila tidak, usahanya akan sia – sia.
2.       Mengumpulkan data
-  Kalau masalah sudah jelas, dapat dikumpulkan data / informasi / keterangan – keterangan yang diperlukan.
3.       Merumuskan hipotesis
-  Jawaban sementara, yang mungkin memberi penyelesaian dan keterangan keterangan yang diperoleh, mungkin timbul suatu kemungkinan yang memberi harapan yang akan membawa pada pemecahan masalah.
4.       Menilai hipotesis
-  Dengan jalan berpikir dapat diperkirakan akibat – akibat suatu hipotesis. Kalau ternyata bahwa hipotesis ini tidak akan memberi basil baik, maka dimulai lagi dengan langkah kedua.
5.       Mengadakan eksperimen / menguji hipotesis
-  Bila suatu hipotesis memberi harapan baik, maka diuji melalui eksperimen. Kalau berhasil, berarti masalah ini dipecahkan. Tetapi kalau tidak berhasil, harus kembali lagi dari langkah – langkah kedua atau ketiga.
6.       Menyimpulkan
-  Laporan tentang keseluruhan prosedur pernecahan masalah yang diakhiri dengan kesimpulan. Di sini kernungkinan dapat dicetuskan suatu prinsip atau hukum. Kesanggupan memecahkan masalah harus diajarkan kepada para siswa, sebab pemecahan masalah secara ilmiah ( scientific method ) berguna bagi mereka untuk memecahkan masalah yang sulit. Metode ini selain dapat digunakan untuk mernecahkan masalah dalam berbagai bidang studi, juga dapat digunakan untuk pemecahan yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari – hari.
Ciri-Ciri Strategi Pembelajaran Metode Pemecahan Masalah
·         Gaya mengajar pemecahan masalah terdiri atas masukan informasi pemikiran, pemilihan dan respon. Masalahnya harus dirancang sehingga jawabannya bukan hanya satu jawaban. Bila demikian, gaya ini berubah menjadi gaya yang disebut diskoveri tertuntun.
·         Masalahnya dirancang dari yang mudah ke yang sukar. Misalnya, “apa perbedaan hasil lemparan bola dalam keadaan kedua kaki diam di atas lantai dengan hasil lemparan dalam posisi kedua kaki sambil bergerak?” Pertanyaan bisa semakin sulit. Misalnya, “bagaimana bentuk gerakan lanjutan kaki untuk menendang dalam sepak bola agar bola tidak melambung jauh diatas seperti kelas 5 dan 6 SD. Makin meningkat usia siswa, seperti sudah menginjak jenjang SLTP, maka mutu pertanyaannya pun kian meningkat. Pertanyaan seperti ini dimaksudkan untuk merangsang penalaran siswa.
Langkah-langkah pelaksanaan gaya mengajar pemecahan masalah sebagai berikut:
• Penyajian masalah. Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir. Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.
• Tentukan Prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan. Bila usia anak masih muda seperti di kelas awal (kelas 1, 2, atau 3), maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana.
• Bereksperimen dan mengeksplorasi. Dalam bereksprerimen siswa mencoba beberapa kemungkinan cara memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika mencari-cari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. Sementara hanya berperan sebagai penasihat, seperti menjawab pertanyaan membantu, memberikan komentar, dan mendorong siswa. Namun, ia tidak megnemukakan jawaban. Waktu harus dirancang cukup untuk mencari jawaban.
• Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. aneka macam hasil temua dapat dipertunjukkan oleh anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. Diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas.
• Penghalusan dan perluasan. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan di balik pemecahan yang dipilih, apa yang perlu dilakukan. Setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali melakukan pola geraknya, menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Adapun kelebihan dan kekurangan metode pemecahan masalah ini adalah sebagai berikut :
ü  Kelebihannya :
• Dengan metode ini potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat.
• Dengan meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa maka akan menimbulkan motivasi intern bagi siswa.
• Dengan menggunakan metode ini menyebabkan materi yang telah dipelajari akan tahan lama.
• Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
• Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
• Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
• Mengajak siswa berpikir secara rasional
• Siswa aktif
• Mengembangkan rasa tanggung jawab
• Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
• Berpikir dan bertindak kreatif.
• Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
• Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
• Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
• Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
• Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
ü  Kekurangannya :
o Bagi siswa yang sangat kurang pemahaman dasar matematika maka pengajaran dengan metode ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya.
o Bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah akan berubah fungsinya menjadi latihan, apabila tanpa memahami konsep yang dikandung soal-soal tersebut.
o Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi sering diabaikan
o Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara lisan
o Memakan waktu lama
o Kebulatan bahan kadang – kadang sukar dicapai
o Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
o Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
4.      Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah 5 pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah.
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997). Menurut Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think), prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan).
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama Strategi Pembelajaran Inkuiri:
1. Strategi inkuiri menekankan pada  aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya peserta didik jadikan subyek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan. Strategi inkuiri ini menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar yang menjelaskan saja.
3. Tujuan dari penggunaan strategi inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan dan kemampuan berpikir.
5. Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang  berpusat pada siswa.
Variasi pengembangan strategi pembelajaran di antaranya adalah sebagai berikut:
 a. Kelompok Pro-Kontra.
Pendidik membagi peserta didik dalam dua kelompok. Misalnya kelompok pro dan kontra. Untuk menentukan dia berada di kelompok pro atau kontra, maka pendidik memberikan pertanyaan yang ditujukan kepada mereka. Bagi yang memiliki jawaban “setuju”, maka ia masuk dalam kelompok yang “pro”, begitu juga dengan yang “tidak setuju”, maka ia akan masuk pada kelompok “kontra”. Jumlah anggota dalam kelompok tidak harus sama, karena disesuaikan dengan jawaban masing-masing anak.
b. Lempar Bola Kertas Buta.
Pendidik membagi peserta didik dalam dua kelompok. Misalnya kelompok A dan kelompok B. Untuk menentukan dia berada di kelompok A atau B adalah dengan menghitung secara acak, baik melalui absen ataupun berhitung langsung dari urutan tempat duduk. Setelah pendidik memberikan stimulus-stimulus berupa materi yang akan dibahas, kemudian ia memerintah kepada masing-masing peserta didik untuk membuat pertanyaan. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut nanti  yang akan membuat diskusi semakin berwarna, karena yang akan menjawab adalah teman dari kelompok yang seberang. Caranya yaitu: melempar bola kertas kepada kelompok seberang dengan posisi badan menghadap ke belakang. Bagi yang terkena bola kertas tersebut, maka dialah yang harus menjawab pertanyaan dari yang melempar. Begitu seterusnya secara estafet.
c. Bertamu ke Kelompok Tetangga.
Pendidik membagi peserta didik menjadi lima atau enam kelompok. Dari masing-masing kelompok berdiskusi dari selembar materi yang diberikan. Setelah itu, anggota kelompok 7 singgah ke kelompok yang lain, hanya satu orang yang masih tetap di kelompoknya. Satu orang tersebut bertanggung jawab menjelaskan materi yang telah didiskusikan kepada anggota pendatang. Begitu seterusnya secara bergantian, sampai semuanya mendapatkan bagian untuk menjelaskan materinya.
d. Bola Musik Asyik.
Pendidik memberi intruksi kepada peserta didik untuk duduk dengan posisi membentuk lingkaran besar. Masing-masing peserta didik harus membuat pertanyaan dari materi yang telah diberikan. Bahan yang perlu dipersiapkan adalah bola kertas dan musik/ringtone. Kemudian pendidik meletakkan bola kertas tersebut dari arah start. Setelah itu ia menghidupkan musik. Bola kertas tersebut terus berputar dari satu siswa ke siswa yang lain. Ketika musik tersebut mati, bola kertas pun berhenti. Siswa yang mendapat bola kertas terakhir maka dialah (siswa) yang harus menjawab pertanyaan dari siswa yang menjadi start bola kertas. Begitu seterusnya, secara memutar.
2.3  Pengertian Strategi Pembelajaran Interaktif
Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Menurut Syah (1998) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Dalam proses mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesmpatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif.


1.      Diskusi
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialiced rezitation).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a.       Mendorong siswa berpikir kritis.
b.      Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c.       Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d.      Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a.       Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
b.      Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c.       Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a.    tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b.    Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c.    Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d.   Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2.      Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

3.      Pemecahan Masalah
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1.        Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2.        Berpikir dan bertindak kreatif.
3.        Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
4.        Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5.        Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6.        Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7.        Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
a.        Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b.        Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

4.      Cooperative Learning
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi…..
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

5.      Kelompok Tutorial
Sejatinya metode kelompok tutorial adalah metode pembelajaran dengan mana guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa secara individual. Oleh sebab itu metode ini sangat cocok diterapkan dalam model pembelajaran mandiri seperti pada pembelajaran jarak jauh dengan mana siswa terlebih dahulu diberi modul untuk dipelajari.

Keunggulam Metode Keompok Tutorial:
a)        Siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani secara spesifik pula.
b)        Seorang siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan lemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan belajar siswa yang lain atau lebih dikenal dengan istilah (Slef Paced Learning).

Kelemahan Metode Kelompok Tutorial:
a)   Sulit dilaksanakan pembelajaran klasikal karena guru harus melayani siswa dalam jumlah yang banyak.
b)   Jika tetap dilaksanakan, diperlukan teknik mengajar dalam tim atau (team teaching) dengan pembagian tugas di antara anggota tim.
c)   Apabila tutorial ini dilaksanakan, untuk melayani siswa dalam jumlah yang banyak, diperlukan kesabaran dan keluasan pemahamann guru tentang materi.

6.      Bermain Peran
Bermain peran (role playing) diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Langkah-langkah strategi bermain peran (role playing), antara lain:
1)      Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
2)      Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM.
3)      Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
4)      Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5)      Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6)      Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7)      Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas.
8)      Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9)      Guru memberikan kesimpulan secara umum.
10)  Evaluasi.
11)  Penutup.



Keunggulan dari Metode Peran:
a)      Mampu melatih kompetensi siswa dalam melaksanakan kegiatan praktis yang mendekati keadaan yang sebenarnya.
b)      Metode bermain peran yang dirancang secara cermat dan mendekati kegiatan yang sebenarnya.
c)      Jika suasana pembelajaran dilakukan secara serius dan mampu menghadirkan suasana yang mendekati sebenarnya.

Kelemahan Metode Bermain Peran:
a)      Tidak semua guru menguasai kompetensi yang akan disimulasikan sehingga jika dipaksa menerapkan metode bermain peran, maka simulasi tidak mewakili kondisi nyata.
b)      Tidak semua guru memiliki kompetensi merancang kegiatan simulasi.
c)      Memerlukan persiapan dan penyiapan yang matang serta membutuhkan banyak waktu dan sumberdaya lainnya.
d)     Bisa terjadi demotivasi dalam diri siswa yang kurang berperan dalam kegiatan tersebut atau memainkan peran yang kurang disukainya.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan strategi pembelajaran bermain peran (role playing), antara lain: waktu, materi/ bahan, kemampuan guru, dan kesiapan siswa. Keempat kendala tersebut biasa diatasi dengan menambah alokasi waktu di luar jam pelajaran, melengkapi materi (buku-buku, majala-majalah, teks-teks drama, dll di perpustakaan), mempersiapkan guru dengan baik, misalnya dengan pelatihan-pelatihan tentang apresiasi drama), melatih siswa dengan baik dan sering mengadakan pentas.

7.      Wawancara
Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.
Dalam rangka penelitian masyarakat, ada dua macam wawancara yang pada dasarnya berbeda sifatnya, ialah: 1. Wawancara untuk mendapatkan keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk keperluan informasi, dan 2. Wawancara untuk mendapatkan keterangan tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan dari invidu yang ingin diwawancara untuk keperluan komparatif. Individu sasaran wawancara golongan pertama disebut informan, sedangkan golongan kedua disebut responden. Perbedaan ini mempunyai arti penting dalam wawancara.
Adapun mengenai hal mencari subjek wawancara untuk mendapatkan dan mengukur pendirian atau pandanagn dari individu-individu itu, pada permulaan pada seksi ini telah diterngkan bahwa orang-orang itu sebaiknya diseleksi dengan metode sampling yang sedapat mungkin dilakukan dengan seksama. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Soal pendekatan objek wawancara Mengingat bahwa individu yang dipilih untuk wawancara itu mempunyai fungsi serta tugas sebagai warga masyarakat dan mengingat bahwa kadang-kadang mereka mempunyai kesibukan pekerjaan dan kesibukan hidup mereka sendiri, maka perlu bagi golongan si peneliti untuk mengetahui dahulu saat manakah individu dari golongan tertentu menurut kelaziman mempunyai waktu senggangnya. Itu supaya peneliti dapat menentukan waktu manakah yang paling cocok untuk menghubungi subjek wawancara. Kalau waktu wawancara cocok, dan orang yang menjadi subjek wawancara tak merasa terganggu waktunya, maka ia juga akan bersikap lebih kooperatif.
b.      Soal pengembangan suasana lancar dalam wawancara
Apabila peneliti telah berhasil untuk mengadakan kontak dengan subjeknya, dan apabila ia dapat mulai dengan wawancaranya, maka timbul soal lain baginya. Hal lain itu adalah cara apakah yang harus dipergunakan, supaya subjek mau menjawab dengan lancar, mau memberikan informasi sebanyak-banyaknya, mau bersikap kooperatif, pendeknya mau memberi laporan yang baik. Hal tersebut adalah masalah hubungan antar individu. Dan seperti tiap masalah hubungan antar individu, hal itu menyangkut kedudukan serta peranan dalam kedudukan dari satu individu terhadap individu yang dihadapinya.
c.       Saran-saran mengenai persiapan wawancara dan sikap dalam wawancara.
Saran-saran tercantum di bawah ini merupakan saran mengenai sikap umumyang sebaiknya diperhatikan oleh seorang ahli dalam persiapan serta pada waktu wawancara. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Peneliti sebaiknya memperhatikan individu dari lapisan bawah, disamping individu dari lapisan atas dalam masyarakat.
2.      Dalam menyeleksi sejumlah responden untuk diwawancara, peneliti sebaiknya memperhatikan metode sampling dalam hubungan yang erat dengan tujuan dari penelitian.
3.      Dalam hal pemilihan waktu, peneliti sebaiknya memperhatikan dengan seksama masa senggang dari subjek wawancara, dan berusaha supaya jangan mengganggunya dalam kesibukan sehari-hari.
4.      Pada permulaan wawancara, peneliti harus selalu memperkenalkan diri serta lembaga atau lain badan yang menugaskannya, secara tegas dan terang. Kemudian menguraikan maksud dari wawancara secara sederhana tapi terang.
5.      Peneliti sebaiknya mengambil peranan sebagai seorang yang ingin tahu dan ingin belajardari si informan.
6.      Peneliti sebaiknya selalu menunjukkan perhatian sepenuhny aterhadap pokok yang dibicarakan, walaupun telah berusaha untuk bersikap positif, dalam arti bahwa ia jangan memberi komentar atau pendiriannya sendiri terhadap yang diberikan oleh responden.
7.      Peneliti sebainya mencoba untuk merasakan pertanyaan-pertanyaan apakah yang rupa-rupanya ditolak oleh responden, karena akan membuat ia malu, karena tidak disetujuinya, karena memberikannya kenanganyang buruk.
8.      Peneliti harus mendengarkan dengan penuh perhatian segala hal yang diceritakan oleh responden, juga keterangan yang mungkin tidak diperlukan. Janganlah memaksanya memberikan jawab serta cepat-cepat ketearngan yang sebenarnya dikehendaki peneliti.
Pada umumnya semua macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti itu dapat di bagi ke dalam dua golongan besar, ialah:
1)      Wawancara berencana.
Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang diseleksi untuk diwawancara diajukan pertanyaan yang sama, dengan kata-kata dan dalam tata urut yang seragam. Peneliti tidak dapat mengubah sendiri keseragaman tersebut karena hal itu mungkin akan menimbulkan respons yang tidak mempunyai nilai seragam, sehingga sukar untuk dibandingkan satu dengan lain. Sebenarnya suatu wawancara berencana itu sama dengan kuesioner yang diajukan kepada responden secara lisan.
2)      Wawancara tak berencana.
Wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Hal ini tentu tidak berarti bahwa suatu wawancara itu tak mempunyai cara dan aturan bertanya yang tertentu.

Cara-cara bertanya secara konkret dalam wawancara:
a.       Peneliti sebaiknya menghindari kata-kata yang mempunyai mempunyai dua atau banyak arti.
b.      Peneliti sebaiknya menghindari pertanyaan-pertanyaan panjang.
c.       Peneliti sebaiknya mengajukan pertanyaan yang konkret sesuai dengan waktu dan tempatnya.
d.      Peneliti sebaiknya mengajukan pertanyaan dalam rangka pengalaman konkret dari responden.
e.       Peneliti sebaiknya menyebut semua alternative yang dapat diberikan oleh responden atas pertanyaannya, atau sebaliknya jangan menyebut suatu alternative sama sekali.
f.       Dalam wawancara mengenai pokok-pokok yang dapat membuat informan atau responden malu, canggung, maka peneliti sebaiknya mempergunakan istilah yang dapat menghaluskan konsep atau membuatnya netral.

Adapun pencatatan dari data wawancara dapat dilakukan dengan lima cara:
1.      Pencatatan Langsung, cara pencatatan langsung pada suatu wawancara, adalah cara yang terbaik untuk memelihara data hasil wawancara.
2.      Pencatatan dari Ingatan, keuntungan dari pencatatan dari ingatan adalah si peneliti tidak usah membawa buku catatan waktu wawancara,dapat bersikap seperti omong-omong dan tidak mengganggu laporan dalam wawancara.
3.      Pencatatan dengan Alat Recording, alat-alat semacam itu pada masa sekarang amat memudahkan wawancara, karena dapat mencatat jawaban secara tepat sampai ke detil-detil yang kecil.
4.      Pencatatan dengan Angka atua Kata-kata yang Menilai, penctatan serupa itu yang dalam ilmu sosiologi sering disebut field rating dilakukan dengan rencana. Peneliti membuat kuesioner atau formulir pengisian mengenai data yang hendak dikumpulkan.
5.      Pencatatan Data Wawancara dengan Kode, Pencatatan serupa itu , yang di dalam ilmu social sering disebut field coding, adalah hampir sama dengan metode field rating di atas; hanya saja tidak memberi nilai pada jawab dari responden, akan tetapi suatu kode saja, suatu leter atau tanda lain untuk mengkiaskan jawab-jawabnya ke dalam rangka dari masalah penelitia.


2.4  Pengertian Strategi Belajar Melalui Pengalaman

Pengertian Belajar
                 Hampir sepanjang hidupnya manusia mengalami proses belajar, sehingga dikatakan kegiatan belajar tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari manusia. Mungkin kurang Anda sadari bahwa hampir seluruh kemampuan manusia diperoleh dari belajar karena setiap manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan bawaan untuk belajar, untuk berkembang dan untuk maju.
                 Definisi belajar menurut Wittig (1981) any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.  

     Dari segi psikologis orang dewasa, pengertian belajar adalah sebagai berikut :
1.        Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Maka orang dewasa  tidak diajar. Orang dewasa dimotivasikan  untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir, ketrampilan baru, sikap yang lain yang berbeda dengan sebelumnya.
2.        Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3.        Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan. Sebab belajar adalah perubahan perilaku, sedang perubahan seringkali berarti meninggalkan kebiasaan, norma, dan cara berpikir lama yang sudah melekat.
4.        Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami sesuatu. Sedikit sekali hasil diperoleh apabila orang tua diceramahi, dikotbahi, digurui untuk melakukan hal tertentu atau bersikap secara tertentu. Ia harus mengalaminya untuk dapat dan mau terus melakukannya. Orang tak bisa disuruh bertanggung jawab tanpa diberikan tanggung jawab untuk dialaminya.
5.        Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang mempunyai cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan menyelesaikan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, ia dapat memperbaiki dan menyempurnakan caranya sendiri, agar menjadi lebih efektif.
6.        Sumber terkaya untuk bahan belajar terdapat didalam diri orang dewasa itu sendiri. Setumpukan pengalaman masa lampau telah tersimpan dalam dirinya, perlu digali dan ditata kembali degan cara yang lebih berarti.
7.        Belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus. Manusia mempunyai perasaan dan pikiran. Hasil belajar maksimal dicapai apabila orang dapat memperluas perasaan maupun pikirannya.
8.        Belajar adalah hasil kerjasama antara manusia. Dua atau lebih banyak manusia yang saling memberi dan menerima akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, pertukaran pengetahuan, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
9.        Belajar adalah suatu proses evolusi. Kemampuan orang dewasa untuk mengerti, menerima, mempercayai, menilai, mendukung, memerlukan suatu proses yang berkembang secara perlahan. Tidak dapat dipaksakan sekaligus. Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam seketika, melainkan terjadi secara perlahan-lahan.
                 Karena faktor psikologi tersebut patut diprakirakan bahwa orang dewasa hadir dalam suatu pertemuan pendidikan dengan harapan tertentu. Apabila metoda yang diterapkan oleh pendidik atau pembimbing tidak terlalu berkenan dihatinya atau tidak memenuhi harapannya, ia akan bereaksi.                         Menurut Hintzman (1978) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Hintzman juga mengatakan pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. 
                 Oleh karenanya belajar bagi orang dewasa memiliki tekanan rangkap yakni pencapaian perkembangan individual dan peningkatan antisipasi sosial dari individu. Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orang dewasa, pria maupun wanita sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuannya. Akibat belajar dari orang dewasa akan nampak dalam perilakunya. Perubahan perilaku terjadi karena perubahan (penambahan) pengetahuan atau ketrampilan serta perubahan sikap.
Pengertian Pengalaman
                 Pengalaman adalah suatu kejadian yang telah dialami (Chaplin, 1968). Dalam hidupnya orang dewasa mempunyai banyak pengalaman yang beraneka ragam. Pada masa kanak-kanak pengalaman merupakan hal yang baru sehingga dalam proses belajar orang dewasa pengalaman dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya.
                 Bagaimana seseorang memperoleh pengalaman dapat dibedakan dalam dua cara yaitu (1) memperoleh pengalaman dengan cara tidak sengaja, yaitu apa yang dialami oleh seseorang dengan tidak sengaja itu dimasukkan dalam ingatannya; (2) memperoleh pengalaman dengan sengaja yang kemudian dimasukkan dalam ingatannya.

                 Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada pebelajar, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, dan bukan hasil belajar. Pembelajar dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.
                 Belajar dari pengalaman dapat dibedakan dalam dua cara yaitu :
1.      Dengan cara tidak sengaja memperoleh pengalaman dengan cara tidak sengaja, yaitu apa yang dialami oleh seseorang dengan tidak sengaja itu dimasukkan dalam ingatannya. Hal ini jelas terlihat pada anak-anak, contohnya gelas kalau jatuh dapat pecah, kayu itu keras kalau dipukulkan ke tubuh bisa menimbulkan rasa sakit. Pengalaman-pengalaman ini disimpannya dalam ingatan sebagai pengertian-pengertian.
2.      Dengan cara sengaja seseorang memperoleh pengalaman dengan sengaja yaitu apabila seseorang dengan sengaja memasukkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuannya dalam psikisnya. Dalam bidang ilmu pada umumnya orang akan memperoleh pengetahuan dengan sengaja. Dengan demikian orang dengan sengaja mempelajari hal-hal atau keadaan-keadaan yang kemudian dimasukkan dalam ingatannya.
                 Orang dewasa telah memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Pada diri orang dewasa seringkali timbul keinginan untuk menambah pengetahuan untuk meningkatkan kinerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Orang dewasa akan termotivasi untuk belajar apabila mereka menyadari akan adanya kebutuhan yang dirasakan (felt needs), untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
                 Menyadari kenyataan bahwa orang dewasa sebagai pembelajar berasal dari latar belakang berbeda, pengalaman yang bervariasi dan beragam, pada tempatnya apabila orang dewasa menjadi subjek didik difungsikan sebagai sumber belajar bagi subjek didik lainnya. Proses pembelajaran orang dewasa lebih bersifat tukar menukar pengalaman (sharing experience) yang biasanya dipandu oleh pengajar.
                 Orang dewasa cenderung mempelajari hal-hal praktis dan tidak semata-mata yang teoritis. Orang dewasa akan belajar efektif apabila pada saat mempelajari sesuatu langsung sambil mempraktikannya (learning by doing). Seperti apa yang dikatakan ahli pendidikan orang dewasa dari negeri China, Kong Fu Chu, yang pada intinya mengatakan bahwa efektivitas belajar tinggi apabila subjek langsung mengerjakannya dan mengalaminya (experiential learning). ”Saya kerjakan dan saya mengerti”. Dalam pendidikan orang dewasa pengajar dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah mereka kuasai, pengalaman yang telah dimilki, sikap yang sudah tertanam, kemampuan yang tersedia dan kerangka pikir yang telah dimiliki dalam bekerja.
                 Ada pendapat yang mengatakan bahwa kepemimpinan tidak dipelajari, tapi dipraktekan. Pandangan ini ada benarnya. Salah satu cara yang paling efektif mengembangkan kepemimpinan dalam diri kita adalah dengan terlibat, praktek atau belajar melalui pengalaman. Craig Dykstra mengatakan, “Praktik adalah aktivitas manusia yang melaluinya kita bertumbuh dan berkembang dalam hal substansi dan karakter moral, sebagai individu dan komunitasJika kepemimpinan merupakan sebuah praktik, maka kepemimpinan bukan hanya membentuk mereka yang dipimpin, tetapi juga orang-orang yang memimpin.”
                 Poin ini mesti menjadi pegangan kita. Apakah Anda seorang pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, pebisnis pemula, aktivis, jadikan tempat-tempat, aktivitas-aktivitas tersebut sebagai kesempatan mengembangkan kepemimpinan.
                 Pelajaran yang kita petik dari biografi para pemimpin atau mereka yang sukses dalam bidang apa pun adalah tidak ada formula baku, jalan yang sudah jadi untuk menjadi besar atau sukses. Hanya melalui perjuangan yang panjang, melewati jalan berlika-liku, penuh onak dan duri, keringat dan air mata, mereka bangun reputasi mereka sebagai pribadi-pribadi besar. Saya pribadi aktif dan menikmati berada dalam beragam organisasi dari tingkat kampus, cabang, nasional, regional, terlibat dalam berbagai forum diskusi, karena berangkat dari kesadaran bahwa berorganisasi selain sebagai alat perjuangan, juga merupakan kesempatan untuk belajar banyak hal. Hal ini selalu saya tekankan kepada teman-teman. Saya merasakan dari keterlibatan-keterlibatan tersebut, mendapati diri saya semakin berkembang dalam banyak hal tentang bagaimana bekerja sama dengan orang lain, mengambil inisiatif, memecahkan masalah, mendengar orang lain, mengambil keputusan, menghadapi tekanan, menangani ambiguitas, melihat dan memutuskan masalah dari sudut pandang yang lebih luas, menikmati dan belajar dari interaksi, kerjasama, persahabatan lintas budaya dan benua. Saya juga mendapati diri makin berkembang dalam hal kepemimpinan, karakter, kearifan, ketegasan, optimis, keberanian, dan mental yang tangguh, tidak mudah menyerah. Dalam pelajaran kepemimpinan, kapasitas, skill dan nilai-nilai itu diajarkan oleh semua ahli kepemimpinan.
                 Demikianlah juga Anda, bisa mengembangkan kepemimpinan di mana saja dan apa pun kapasitasnya. Kalau Anda seorang karyawan, jalani itu dengan semangat untuk belajar kepemimpinan. Ahli-ahli manajemen di Wharton and Mckinsey mengatakan bahwa kepemimpinan bisa dan harus dipraktikkan oleh setiap pekerja di seluruh level perusahaan. Itu hanyalah satu-satunya cara agar perusahaan bisa lebih berkembang dalam hal misalnya pencapaian tujuan strategis, memenuhi keinginan jenjang karir, memaparkan dan meletakkan dasar identitikasi serta membentuk pemimpin masa depan, termasuk siapa saja yang pantas duduk di level teratas. “Setiap orang bisa memimpin di setiap level, tanpa ada pengecualian,” kata Michel Useem, Direktur Center for Leadership and Change Management di Wharton, dan seorang penulis yang sudah menghasilkan banyak artikel dan buku tentang kepemimpinan. “ Bukan masalah apakah Anda di posisi atas atau rendah. Jika Anda diberi kuasa atas perusahaan, apa yang akan anda tambahkan di dalam ataupun di luar kekuasaan atas perusahaan itu? Apakah anda benar benar orang yang bermotivasi? Apakah anda membawa keahlian dan visi untuk bidang Anda atau untuk seluruh perusahaan? Setiap orang harus menjadi ahli memimpin, apa pun levelnya dalam suatu hirarki.”“Setiap orang bisa melatih kepemimpinan dengan menjadi individu yang memberi kontribusi pada setiap level organisasi,” tutur Helen Hamdfield-Jones, seorang konsultan independen di bidang strategi bakat kepemimpinan dan seorang penulis buku The War for Talent.
                 Thich Nhat Hanh, seorang pertapa dari Timur Jauh mengatakan pemberian yang paling penting yang kita bisa berikan adalah “ Kehadiran diri yang sadar”. Jadi, dalam segala situasi, kita harus sadar bahwa itu semua kesempatan bagi kita mempraktekan, mengembangkan kepemimpinan. Tidak ada jalan mudah menjadi pemimpin, selain menjalani hari-hari hidup kita dalam apa pun yang kita lakukan sebagai peluang menumbuhkan kepemimpinan dalam diri.
1.      Simulasi
                 Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya (state of affairs). Aksi melakukan simulasi ini secara umum menggambarkan sifat-sifat karakteristik kunci dari kelakuan sistem fisik atau sistem yang abstrak tertentu.
                        Karakteristik Metode Simulasi
                 Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) memaparkan tentang karakteristik  metode simulasi sebagai berikut:
·         Banyak digunakan pada pembelajaran PKn, IPS, pendidikan agama dan pendidikan apresiasi,
·         Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui pembelajaran simulasi,
·         Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa,
·         Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual, bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial, maupun masalah-masalah sosial.
                        Prosedur Penggunaan Metode Simulasi
                 Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) prosedur yang harus ditempuh dalam penggunaan metode simulasi adalah:
·         Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh guru,
·         Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas,
·         Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan,
·         Proses pengamatan pelaksanaan simulasi dapat dilakukan dengan diskusi,
·         Mengadakan kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan simulasi.
                        Prasyarat Pengoptimalan Pembelajaran dengan Metode Simulasi
                 Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.24) penggunaan metode simulasi menuntut beberapa kemampuan guru, antara lain:
·         mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur dan peran yang akan dilakukan siswa dalam simulasi,
·         mampu memberikan ilustrasi,
·         mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi,
·         mampu mengamati proses simulasi yang dilakukan siswa.

                 Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode simulasi adalah:
·         kondisi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam bersimulasi,
·         pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan,
·         kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.

                        Keunggulan dan Kelemahan Metode Simulasi
                 Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.24) mengemukakan tentang keunggulan dan kelemahan metode simulasi sebagai berikut:
                                    Keunggulan Metode Simulasi
1.      Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam   kelompoknya,
2.      Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam   pembelajaran,
3.      Dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual),
4.      Dapat membina hubungan personal yang positif,
5.      Dapat membangkitkan imajinasi,
6.      Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok.
                                    Kelemahan Metode Simulasi
1.      Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak,
2.      Sangat bergantung pada aktivitas siswa,
3.      Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar,
4.      Banyak siswa yang kurang menyenangi sosiodrama sehingga  sosiodrama tidak efektif.

2.      Field Trips
                 Metode Field trip  ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, peternakan, perkebunan, lapangan bermain dan sebagainya (Roestiyah, 2001:85). Winarno (1980: 115-116) mengatakan bahwa metode karyawisata atau  field trip  adalah metode belajar dan mengajar di mana siswa dengan bimbingan guru diajak untuk mengunjungi tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Berbeda halnya  dengan tamasya di mana seseorang pergi untuk mencari hiburan semata, field trip sebagai metodebelajar mengajar lebih terikat oleh tujuan dan tugas belajar. Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2006: 214) metode field trip  ialah pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
     Kelebihan Metode Field Trip
                 Metode karyawisata atau field trip mempunyai beberapa kelebihan  antara lain (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 94) :
a.       Field trip memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b.      Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relavan dengan  kenyataan dan kebutuhan masyarakat.
c.       Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
d.      Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan Metode Field Trip
                 Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 94) mengemukakan bahwa  metode field Trip mempunyai kekurangan, yaitu :
a.       Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
b.      Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
c.       Memerlukan koordinasi dengan guru agar tidak terjadi tumpang tindih waktu selama kegiatan karyawisata.
d.      Dalam  field Trip  sering unsur rekreasi lebih prioritas, sedang unsur studinya menjadi terabaikan.
e.       Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan sulit mengarahkan mereka pada kegiatan yang menjadi permasalahan.

2.5  Pengertian Strategi Belajar Mandiri
Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.
Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.
Sistem belajar mandiri menuntut adanya materi ajar yang dirancang khusus untuk itu. Menurut Prawiradilaga (2004 : 194).
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh materi ajar ini adalah:
a.       Kejelasan rumusan tujuan belajar (umum dan khusus).
b.      Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas mengikuti alur desain pesan, seperti keseimbangan pesan verbal dan visual.
c.       Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada rumusan tujuan belajar, materi ajar, contoh/bukan contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan rujukan bacaan.
d.      Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui media cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM, atau program audio/video.
e.       Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan teknologi canggih dengan internet (situs tertentu) dan e-mail; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh peserta didik.
f.       Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program tutorial, yang diselenggarakan berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersama.

Adapun macam-macam strategi belajar mandiri diantaranya adalah:
1.      Pembelajaran Berbasis Komputer
Perkembangan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah teknologi pembelajaran ini sendiri merupakan kreasi berbagai ahli dalam bidang terkait, yang pada dasarnya ingin berupaya dalam mewujudkan ide-ide praktis dalam menerapkan prinsip didaktik, yaitu pembelajaran yang menekankan perbedaan individual baik dalam kemampuan maupun dalam kecepatan.
Perspektif historis pembelajaran berasaskan komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorang melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik tersebut. Dalam sejarah teknologi pembelajaran kita menemukan bahwa karya Sydney L. Pressey (1960) untuk menciptakan mesin mengajar atau teaching machine bisa dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Pressey memandang bahwa mesin tes ini bisa digunakan pula dalam mengajar dan dengan sedikit mengubah tujuan, dari tujuan menguji menjadi tujuan mengajar akhirnya alat itu diguankan juga sebagai mesin mengajar. Berbeda dengan media audio visual, komputer adalah suatu medium interaktif, dimana siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi dalam bentuk mempengaruhi atau mengubah urutan yang disajikan. Sebagai mana halnya dengan pengunaan sumber-sumber audio visual yang dapat meningkatkan motivasi dan menyajikan informasi dan prakasa melalui stimulus visual dan audio, komputer punya nilai lebih karena dapat memberi siswa pengalaman kinestetik melalui penggunaan keyboard computer.

Ada tiga bentuk penggunaan komputer dalam kelas, yaitu:
1.       Untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca computer atau computer literate.
2.      Untuk mengajarkan dasar-dasar pemprogramam dan pemecahan masalah komputer, dan
3.      Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran.

Ada beberapa pedekatan yang dapat digunakan untuk memperkenalkan Komputer kepada siswa antara lain:
1.      Menyediakan laboratorium komputer, siswa mengunjungi laboratorium tersebut secara bergiliran berdasarkan jadwal tertentu.
2.      Setiap kelas memiliki sejumlah computer dan siswa menggunakannya secara bergiliran atau digunakan sesuai dengan kebutuhan.
3.      Sekolah memiliki sejumlah besar computer, siswa meneriman intruksi dasar computer untuk mendasain mata ajaran akademik, misalnya matematika dan bahasa. Jadi pendayagunaan computer dapat dirancang dan dilaksanakan, yang penting tersediannya dana dan adanya kotmitmen tentang komputer literacy.

Dalam pembelajaran berbantuan komputer, peserta didik berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan komputer. Interaksi antara komputer dengan peserta didik ini terjadi secara individual, sehingga apa yang dialami oleh seorang peserta didik akan berbeda dengan apa yang dialami oleh peserta didik yang lainnya. Pembelajaran dengan berbantuan komputer”Computer Assisted Instruction” (CAI) telah dikembangkan akhir-akhir ini dan telah membuktikan manfaatnya untuk membantu guru dalam mengajar dan membantu peserta didik dalam belajar. Komputer dapat sekaligus membantu puluhan peserta didik dan di masa yang akan datang, diharapkan dapat membantu ribuan peserta didik sekaligus.
Criswell (Munir, 2001) mendefinisikan CAI (Computer Assisted Instruction) sebagai penggunaan komputer dalam menyampaikan bahan pengajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif serta membolehkan umpan balik. Disamping sebagai CAI pemanfaatan komputer dapat berupa CBI (Computer Based instruction) yaitu Pembelajaran Berbasis Komputer. Dalam pemanfaatan komputer sebagai CBI ini terdapat 4 model yaitu:
1.        Drill and practice
jenis latihan dan praktik sangat banyak digunakan dikelas. Program latihan dan praktik harus dikombinasikan/disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dan kebutuhan pembelajaran. Tingkat kesulitan tertentu menuntut latihan pula. Program ini juga menyediakan penguatan (reinforcement) baik visual maupun auditif, agar minat dan perhatian siswa terus terpelihara sepanjang latihan dan praktik. Jika siswa menjawab salah maka perlu dibantu sesuai dengan urutan pelajaran.
2.        Tutorial
Program tutorial, memperkenalkan materi pelajaran baru kepada siswa dan kemudian ditindaklanjuti dengan latihan dan praktik. Program ini umumnya menyediakan tes awal dan tes akhir berkenaan dengan materi yang disampaikan. Program ini juga digunakan untuk pengayaan pelajaran atau membantu siswa yang tidak hadir dalam pada pelajaran tertentu.program tutorial juga digunakan sebagai reviw terhadap pelajaran yang disampaikan sebelumnya guna mengecek pemahan dan retensi konsep-konsep.
3.        Simulasi
Situasi-situasi kehidupan nyata disajikan kepada siswa, menyusun garis besar perangkat kondisi-kondisi yang saling berkaitan. Kemudian siswa membuat keputusan dan menentukan konsekuensi dari keputusan yang dibuatnya, misalnya isu-isu politik, keluarga dll.


4.        Computer manajemen instruction.
Program ini menyediakan cross-referencing dengan program-program lainnya dalam rangka perluasan latihan dan pemberi bantuan dan juga digunakan sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi administratif yang meningkat, seperti rekapitulasi data prestasi siswa, database buku/e-library, kegiatan administratif sekolah seperti pencatatan pembayaran, kuitansi dll.

Program pembelajaran dengan menggunakan computer dapat dikembangkan pada kurikulum atau sebagaian besar daerah kulikuren. Sebagai contoh penerapanya adalah:
1.    Pemahaman bacaan
2.    Pengembangan perbendaharaan bahasa
3.    Penempatan tanda
4.    Penulisan paragraph
5.    Orerasi aritmatika
6.    Konsep-konsep moneter
7.    Membaca peta
8.    Data sejarah
9.    Grafik

Pembelajaran Berbasis Komputer bersifat individual learning (pembelajaran individual), dan mastery learning (belajar tuntas). Pembelajaran Berbasis Komputer dilaksanakan pada laboratorium komputer yang ada di sekolah.
Dibalik kehandalan komputer sebagai pembelajaran terdapat beberapa persoalan yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer:
1.        Perangkat keras -dan lunak- yang mahal dan cepat ketinggalan jaman.
2.        Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan perangkat yang dibeli saat ini beberapa tahun kemudian akan ketinggalan zaman.
3.        Pembuatan program yang rumit serta dalam pengoperasian awal perlu pendamping guna menjelaskan penggunaannya. Hal ini bisa disiasati dengan pembuatan modul pendamping yang menjelaskan penggunaan dan pengoperasian program.

Fungsi Komputer dalam Kegiatan Pembelajaran:
a.       Tujuan Kognitif
Komputer dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran mandiri.
b.      Tujuan Afektif
Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media komputer.
c.       Tujuan Psikomotor
Dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya.
Aplikasi komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara individual (individual learning). Pemakai komputer atau user dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi. Perkembangan teknologi komputer jaringan (computer network/Internert) saat ini telah memungkinkan pemakainya melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang diinginkan. Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya medium komputer. Beberapa lembaga pendidikan jarak jauh di sejumlah negara yang telah maju memanfaatkan medium ini sebagai sarana interaksi.
Pemanfaatan ini didasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh komputer dalam memberikan umpan balik (feedback) yang segera kepada pemakainya
1.      Kelebihan
Heinich dkk. (1986) mengemukakan sejumlah kelebihan dan juga kelemahan yang ada pada komputer. Aplikasi komputer sebagai alat bantu proses belajar memberikan beberapa keuntungan antara lain:
a.       Komputer memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya dalam memahami pengetahuan dan informasi yang ditanyangkan.
b.      Penggunaan komputer dalam proses belajar membuat siswa dapat melakukan kontrol terhadap aktivitas belajarnya.
c.       Penggunaan komputer dalam lembaga pendidikan memberikan keleluasaan terhadap siswa untuk menentukan kecepatan belajar dan memilih urutan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan.
d.      Kemampuan komputer untuk menayangkan kembali informasi yang diperlukan oleh pemakainya, yang diistilahkan dengan “kesabaran komputer”, dapat membantu siswa yang memiliki kecepatan belajar lambat. Dengan kata lain, komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi msiswa yang lambat (slow learner), tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi siswa yang lebih cepat (fast learner).
e.       Disamping itu, komputer dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar dan memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap prestasi belajar siswa.
f.       Dengan kemampuan komputer untuk merekam hasil belajar pemakainya (record keeping), komputer dapat diprogram untuk memeriksa dan memberikan skor hasil belajar secara otomatis.
g.      Komputer juga dapat dirancang agar dapat memberikan preskripsi atau saran bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar tertentu.
h.      Kelebihan komputer yang lain adalah kemampuan dalam mengintegrasikan komponen warna, musik dan animasi grafik (graphic animation).
Hal ini menyebabkan komputer mampu menyampaikan informasi dan pengetahu-an dengan tingkat realisme yang tinggi. Hal ini menyebabkan program komputer sering dijadikan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan belajar yang bersifat simulasi. Lebih jauh, kapasitas memori yang dimiliki oleh komputer memungkinkan penggunanya menayangkan kembali hasil belajar yang telah dicapai sebelumnya. Hasil belajar sebelumnya ini dapat digunakan oleh siswa sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan kegiatan belajar selanjutnya.
Keuntungan lain dari penggunaan komputer dalam proses belajar dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya yang relatif kecil. Contoh yang tepat untuk ini adalah program komputer simulasi untuk melakukan percobaan pada mata kuliah sains dan teknologi. Penggunaan program simulasi dapat mengurangi biaya bahan dan peralatan untuk melakukan percobaan. (Benny A. Pribadi dan Tita Rosita, 2002:11-12)

2.      Kekurangan
Selanjutnya Benny dan Tita (2000) memberi penjelasan. Disamping memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai sarana komunikasi interaktif juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah:
a.       Tingginya biaya pengadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran.
b.      Disamping itu, pengadaan, pemeliharaan, dan perawatan komputer yang meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) memerlukan biaya yang relatif tinggi. Oleh karena itu pertimbangan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menggunakan komputer untuk keperluan pendidikan.
c.       Masalah lain adalah compatability dan incompability antara hardware dan software. Penggunaan sebuah program komputer biasanya memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai. Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada komputer yang spesifikasinya tidak sama.
d.      Merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis komputer (computer based instruction) merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program komputer merupakan kegiatan intensif yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus.

2.      E-Learning
E-learning merupakan suatu teknologi informasi yang realtif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘elektronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu, maka e-learning sering disebut pula dengan ‘online course’. e-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksaanya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer. Teknologi pembelajaran melalui e-learning terus berkembang dan dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1.    Technology-based learning
2.    Technology-based Web-learning
Technology based-learning ini pada prinsipnya terdiri dari dua, yaitu audio information technologies (audio tape, radio, voice mail, telepone ) dan video information technologies (video tape, nideo text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data information tecbnologies (bulletin board, internet, email, tele-collaboration).

Karakteristik e-learning antara lain adalah:
a.    Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokelor;
b.    Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehinga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja dan yang bersangkutan memerlukanya; dan
c.    Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Menurut Miarso (2004), Pemanfaatan E-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar-mengajar didominasi oleh peranan guru, karena itu disebut the era of theacher. Kini, proses belajar-mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar mengajar akan didominasi oleh guru, buku, dan teknologi (the era of teacher, book, and technology).

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING
Menyadari bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia diinternet.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya da-lam pendidikan terbuka dan jarak jauh, antara lain dapat disebutkan sebagai berikut.
1.      Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2.      Guru dan siswa dapat mengguakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.      Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan dikomputer.
4.      Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
5.      Baik guru maupun siswa dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.      Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif .
7.      Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja , bagi mereka yang bertugas di kapal,di luar negeri, dan sebagainya.

Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
1.      Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar.
2.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
3.      Proses belajar dan mengajarnya cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan.
4.      Berubahnya peran guru dan yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
5.      Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
6.      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
7.      Kurangnya penguasaan komputer.

BEBERAPA FAKTOR YANG DIPERTIMBANGAKAN DALAM PEMBELAJARAN E-LEARNING

Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo, 2002; serta Soekawati, 1999;) antara lain:
a.       Analisis Kebutuhan (Need Analysis).
Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adakah apakah memang memerlukan e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas sasaran orang lain. Sebab setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan. Kalau analisis ini dilaksanakan dan jawabanya adalah membutuhkan e-learning maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan, yang komponen penilaianya adalah:
1.      Apakah secara teknis dapat dilaksanakan misalnya apakah jaringan internet bisa dipasang, apakah infrasruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoperasikanya tersedia.
2.      Apakah secara ekonomis menguntungkan, misalnya apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau apakah return on investment nya lebih besar dari satu.
3.      Apakah secara sosial penggunaan e-kearning tersebut diterima oleh masyarakat.
b.      Rancangan Instruksional.
Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, 1999):
1.      Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan dan satuan kredit semester.
2.      Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan, dan sebagainya.
3.      Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
4.      Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dan seterusnya.
5.      State instructional objectives, Tujuan instuksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
6.      Construct criterion test items, penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
7.      Select instructional strategy, strategi instruksional dapat ditetapan berdasarkan fasilitas yang ada.
c.       Tahap Pengembangan.
Berbagai upaya dalam pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas ICT yang tersedia hal ini kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan intruksional yang akan dipergunakan terus dipertimbangkan dan dievaluasi secara kontinu.
d.      Pelaksanaan
            Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dalam tahapan ini sering kali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri.
e.       Evaluasi
            Sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi. Proses dari kelima tahapan diatas diperlukan waktu yang relatif lama, karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang lain atau dari siswa perlu diperhatikan secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi terus-menerus.
Akhirnya harus pula diperhatikan masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut:
1.      Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon, dan infrastruktur yang lain.
2.      Masalah ketersediaan software (peranti lunak). Bagaimana mengusahakan peranti lunak yang tidak mahal.
3.      Masalah dampaknya terhadap krikulum yang ada.
4.      Masalah skill dan knowledge.
5.      Attitude terhadap ICT.
Oleh karena itu, perlu diciptakan bagaimana semuanya attitude yang positif terhadap ICT, bagaimana semuanya bisa mengerti potensi ICT dan dampaknya de anak didik dan masyarakat.













BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.
a.      Strategi Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

b.      Strategi Pembelajaran Tidak Langsung
Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi pebelajar dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam pembelajaran tidak langsung, peran pembelajar beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
Pembelajar merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan pebelajar untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada pebelajar ketika mereka melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

c.       Strategi Pembelajaran Interaktif
Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Menurut Syah (1998) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Dalam proses mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesmpatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif.

d.      Strategi Belajar Melalui Pengalaman
Pengertian Belajar
Hampir sepanjang hidupnya manusia mengalami proses belajar, sehingga dikatakan kegiatan belajar tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari manusia. Mungkin kurang Anda sadari bahwa hampir seluruh kemampuan manusia diperoleh dari belajar karena setiap manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan bawaan untuk belajar, untuk berkembang dan untuk maju.
Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada pebelajar, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, dan bukan hasil belajar. Pembelajar dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.

e.       Strategi Belajar Mandiri
Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.
Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan.


2 komentar:

  1. saya boleh minta daftar pustaka tentang strategi pembelajaran ini?

    BalasHapus
  2. pembahasan bagus, kekuarangannya ialah referensi dalam artikel ini nihil, tidak jelas didapat dari mana

    BalasHapus