BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja
adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja sudah tidak
lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang
untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai
baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui
banyak kesalahan dan mengganggu orang lain (Medan, 2012:3). Semua hal itu pasti
terjadi pada semua remaja yang sedang mencari jati dirinya masing – masing,
perlakuan atau kesalahan tersebutlah yang disebut masyarakat sebagai kenakalan
remaja.
Berbagai
realitas yang menyimpang tersebut dapat terjadi karena minimnya pengetahuan dan
wawasan para orang tua atau guru tentang tindakan – tindakan yang tidak boleh
dilakukan (terlarang) terhadap anak. Mestinya, mereka harus mengetahui berbagai
tindakan yang terlarang tersebut. Sehingga, tidak akan terjadi praktik yang
menyimpang dalam pendidikan, terutama pendidikan anak (Andi Prastowo,
2011:6),agar tidak terjadi kenakalan remaja yang semakin marak dan
memprihatinkan.
Remaja
merupakan aset masa depan suatu bangsa. Di samping hal-hal yang menggembirakan
dengan kegiatan remaja-remaja pada waktu yang akhir-akhir ini dan pembinaan
yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa, kita melihat
pula arus kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian
pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam
surat kabar-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian
pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret
yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya
kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri dan lain sebagainya.
Hal
tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini
semakin marak, Oleh karena itu masalah kenakalan remaja seyogyanya mendapatkan
perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih
positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi
kenakalan di kalangan remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa
pengertian dari kenakalan remaja?
2. Apa
saja jenis – jenis kenakalan remaja?
3. Apa
penyebab dari kenakalan remaja?
4. Bagaimana
cara mengatasi kenakalan remaja?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan informasi serta pemahaman
kepada pembaca tentang kenakalan remaja, pengertian, penyebab serta solusi atau
cara mengatasinya.
1.4 Manfaat Makalah
Manfaat yang
dapat diambil dari hasil penulisan makalah ini nantinya adalah sebagai berikut
:
1. Memberikan
informasi kepada pembaca tentang pengertian kenakalan remaja.
2. Memberikan
informasi kepada pembaca tentang penyebab serta bahaya yang ditimbulka dari
kenakalan remaja.
3. Memberikan
pengarahan kepada pembaca khususnya yang bersangkutan agar lebih mengerti cara
yang baik digunakan untuk menghadapi remaja masa sekarang.
4. Sebagai
bahan bacaan dan referensi bagi penelitian yag mengangkat tema pendidikan
khususnya tentang kenakalan remaja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kenakala Remaja
Kenakalan
remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani
proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa
kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat,
dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara
psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya
(Anie Comely,2011). Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya,
perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma
terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa
rendah diri.
Menurut Bapak M. Sihabus Syafaat, S.S selaku guru
Bimbingan dan Konseling di SMKN 1 Kalipuro masa remaja adalah fase peralihan
antara masa kanak – kanak dan masa tumbuh dewasa, baik secara fisik, akal,
kejiwaan, social, dan emosional. Masa ini penuh dengan ujian dan tantangan,
masa yang harus dimengerti tapi harus dipahami, masa bergelora yang harus
diselami baik oleh remaja dan siapa saja yang berkepentingan dengannya. Menurut
penuturan beliau juga (Pada Kamis, 3 Januari 2012) remaja mempunyai beberapa ciri
antara lain masa transisi dimana menuntut remaja untuk beradaptasi dengan dunia
baru, sikap kekanak – kanakan sudah harus mulai dihilangkan dan digantikan
dengan sikap dewasa, masa perubahan dimana remaja mengalami banyak perubahan
entah itu perubahan tubuh, minat serta
emosi yang tinggi.
Selain itu istilah kenakalan remaja, sama halnya dengan
kenakalan anak-anak. Maka istilah kenakalan mempunyai arti yang khusus.
Misalnya : remaja yang sering berkumpul mengobrol dan tertawa keras-keras, bagi
orang tua hal ini sudah dianggap kenakalan karena mereka akhirnya kekurangan waktu
untuk belajar dan menyebabkan nilai rapor banyak angka merah. Dari masalah
diatas bisa dijawab “ Remaja yang sering berkelompok menyebabkan terganggunya
orang yang di sekelilingnya baik pada siang hari maupun malam hari sewaktu
orang sedang istirahat, menimbulkan keributan yang mengganggu suasana dan
melanggar tata kesopanan bertetangga. Suatu norma yang melindungi para tetangga
terhadap kebisingan sekelilingnya” (Tam Dmotion,2012).
Masih
Banyak lagi istilah – istilah kenakalan remaja, ada beberapa ahli yang
menjelaskan tentang pengertian kenakalan remaja diantaranya adalah :
1.
Menurut (Kartono), ilmuwan
sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala
patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
2.
Menurut (Santrock) “ Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari
berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi
tindakan kriminal.” (Haryanto,2011)
Dalam
hal kenakalan remaja pasti ada ciri – ciri yang menonjol yang ada pada seorang
remaja atau anak yang sedang mengalami fase tersebut, ciri–ciri kenakalan
remaja tersebut antara lain seperti yang diungkapkan Bapak M Sihabus Syafaat
yaitu :
a.
Pemarah, apabila menghadapi suatu permasalahan dan masalah terasa
tidak cocok maka seketika itu bisa langsung marah.
b.
Pemalas, biasanya kalau seseorang apabila sudah terjerumus kedalam
hal yang negatif biasanya akan menjedi seorang yang pemalas dalam segala
hal-hal yang bersifat baik.
c.
tidak memiliki rasa belas kasih yang besar.
d.
mudah putus asa atau tidak sabaran.
e.
apabila dilihat dari segi pakaiannya tidak pernah memakai pakaian
yang layak atau sering memakai pakaian yang tidak pantas untk
dipakai, seperti laki-laki memakai pakaian perempuan atau
sebaliknya.
f.
potongan rambut atau keadaan tubuhnya tidak pernah diperhatikan.
g.
tidak mengenal yang namanya dosa.
h. dan tidak pernah merasa
takut terhadap siapapun.
2.2 Jenis – Jenis Kenakalan Remaja
Secara Umum, kenakalan remaja memiliki wujud yang
bermacam-macam dan cenderung terus mengalami peningkatan, Berikut beberapa
bentuk perilaku menyimpang yang umum dilakukan remaja menurut Dr. Kartini
Kartono:
1. Kebut-kebutan
di jalan, sehingga mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa
sendiri serta orang lain.
2. Perilaku
ugal-ugalan, berandalan, dan urakan yang mengacaukan ketentraman masyarakat
sekitar. Tingkah laku ini bersumber pada kelebihan energy dan dorongan primitive
yang tidak terkendali serta kesukaan meneror lingkungan sekitar.
3. Perkelahian
antargeng, antar kelompok, antarsekolah, antar suku sehingga kadang-kadang
membawa korban jiwa.
4. Membolos
sekolah lalu nongkrong bersama di sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat-
tempat terpencil sambil mencoba hal-hal baru yang bersifat negative.
5. Kriminalitas
anak remaja dan dewasa muda, antara lain perbuatan mengancam, intimidasi,
memeras, maling, mencuri, mencopet, merampok, merampas, menjambret, menyerang,
melakukan pembunuhan dengan cara mencekik, meracun, tindak kekerasan, dan
berbagai pelanggaran lainnya.
6. Berpesta-pesta
sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas.
7. Perkosaan,
agresivitas seksual, dan pembunuhan dengan motif seksual atau didorong oleh
reaksi-reaksi kompensatoris dari perasaan inferior, menuntut pengakuan diri,
depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak cintanya
oleh seorang wanita dll.
8. Kecanduan
dan ketagihan barang narkotika yang erat kaitannya dengan tindakan kejahatan.
9. Tindakan
– tindakan immorial yang dilakukan secara terang-terangan tanpa rasa malu
dengan cara yang kasar.
10. Homo
seksualitas, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada anak remaja
yang disertai tindakan sadistis.
11. Perjudian
dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga mengakibatkan akses
kriminalitas.
12. Komersialisasi
seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis nakal, dan aborsi bayi oleh ibu-ibu
yang tidak menikah.
13. Tindakan
radikal dan ekstrem yang dilakukan melalui kekerasan, penculikan, dan
pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
14. Perbuatan
asocial dan antisocial lain yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak
dan remaja psikopatik, psikotik, neurotic, dan gangguan-bangguan jiwa lainnya.
15. Penyimpangan
tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut
kompensasi, disebabkan adanya organ-organ yang inferior (Adler, 1952:21-23).
Macam-macam kenakalan tersebut merupakan kenakalan
yang ekstrem yang tidak semua remaja memilik kenakalan ekstrem tersebut. Kenakalan
remaja memang harus dicermati dan dipahami melalui prespektif yang lebih
berimbang. Orang tua dan guru tidak boleh hanya sekedar menyalahkan remaja
tanpa adanya upaya untuk mawas diri dan memperbaiki keadaan.
Selain kenakalan di atas ada juga perilaku
menyimpang atau kenakalan remaja yang dilakukan di sekolah antara lain:
a. Rambut
panjang bagi siswa putra. i. pacaran
b. Rambut
disemir j. tidak masuk sekolah
c. Kulit
ditato k.
sering bolos
d. Berkelahi l. tidak disiplin
e. Merokok m. ramai di dalam kelas
f. Mencuri n. Mengotori kelas dll
g. Merusak
sepeda motor temannya
h. Pergaulan
bebas
2.3 Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja yang terjadi tidak murni langsung
terjadi begitu saja pada setiap pelakunya, akan tetapi ada sebab – sebabnya.
Penyebab kenakalan remaja disini sangat komplek, semua pihak ikut berkontribusi
trhadap munculnya kenakalan remaja ini, baik secara aktif maupun pasif.
Dimaksud aktif disini yaitu karena menjadi sumber terjadinya kenakalan remaja
seperti penyewaan VCD porno, menjual minum – minuman keras, membuka kafe yang
disalah gunakan, dan masih banyak lagi lainnya. Dan Pasif seperti acuh tak acuh
melihat kondisi kenakalan anaknya, pasif melihat kondisi lingkungan yang rusak
atau amburadul, dan lain-lain. Kenakalan remaja sebagian besar disebabkan oleh
pengalaman mereka pada masa kecil.
Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian
jati diri sering sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan
ringan yang mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar
malam dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman
keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya
itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada
disekitarnya.
Berbagai faktor yang ada tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini
penjelasannya secara ringkas:
a)
Faktor
Internal
ü Krisis identitas
Perubahan biologis
dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
ü Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret
pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan
dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
b)
Faktor
eksternal:
ü
Keluarga
dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluargapun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
ü
Teman
sebaya yang kurang baik.
ü
Komunitas/lingkungan
tempat tinggal yang kurang baik.
Faktor Penyebab
kenakalan remaja lainnya adalahsebagai berikut: (Jamal Ma’mur Asmani,2011:123-129)
:
1. Hilangnya
fungsi keluarga dalam mendidik anak-anaknya.
Kelurga memiliki tugas utama dalam peletak dasar
bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Dikatakan pertama karena
kelurga tempat pertama kali anak memperoleh pendidikan. Karena itu keluarga
merupaka pendidikan tertua yang bersifat informal dan kodrat. Ayah dan ibu
sebagai pendidik, dan anak sebagai terdidik (Shofiasa on makalah,2012:11).
Untuk itu peran orang tua atau keluarga sangat penting, karena setiap
pengalaman atau pengetahuan yang dituturkan kepada anak akan mempengarui
perkembangan anak. Selain itu juga kasih sayang serta perhatian harus cukup
diberikan kepada anak agar mereka beranggapan yang positif, untuk membekali
anak agar dapat berperilaku dan beranggapan positif maka orang tua perlu
membekali mereka dengan pengenalan agama serta hal-hal yang boleh dan tidk
dilakukan dalam ketentuan agama, karana itu hal yang sangat penting.
2. Hancurnya
lingkungan social
Lingkungan
merupakan peraan terbesar yang sering diserap oleh remaja, karena setiap hari
remaja pasti berada pada lingkungan yang berbeda-beda. Lingkungan social yang
baik pasti akan berdampak positive pula bagi mereka, sedangkan lingkungan sosal
yang rusak seperti lingkungan yang dihiasi dengan kemaksiatan, judi,
minum-minuman keras dan sering terjadi tawuran maka secara tidak sadar itu
memberikan pengetahuan yang negative pada para remaja yang ada di dalam
lingkungan social tersebut.
3. Lembaga
pendidikan
Lembaga
pendidikan sekolah tumbuh sesudah lembaga pendidikan keluarga (sekolah memikul
tanggung jawab dari keluarga untuk mendidik anak-anaknya). Memiliki program
yang jelas, teratur dan resmi. Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam
mendidik anaknya, maka di percayakan tugas mengajar itu kepada orag dewasa
lainnya yang lebih ahli dalam pendidikan formal yaitu “guru”. Sekolah perlu
dirancang dan dikelola dengan baik.
4. Media
Cetak atau Elektronik
Media
cetak atau elektronik juga berpengaruh besar pada perkembangan serta
pengetahuan anak, karna tidak selalu di media tersebut di tayangkan hal-hal
yang positif. Banyak program televisi yang sangat tidak mendidik, film
kekerasan, asusila dll sangat berdampak negative pada para remaja serta
masyarakat karena kebanyakan film atau program seperti itu yang diminati banyak
orang. Semua program yang ditayangkan yang seperti itu akan meberikan pengaruh
bahwa jaman sekarang merupakan jaman yang selalu mengandalkan kemewahan,
kebebasan dan kekerasan sehingga sangat merugikan masyarakat sekitar serta
remaja itu sendiri.
5. Faktor
Pubertas.
Pada
factor ini para remaja berada dalam masa yang sangat penting, dmna mereka mulai
ingin tau tentang hal yang menyangkut tentang seksualitas karena itu memang harus
mereka ketahui. Maka dengan itu semua mereka harus mendapat jawaban serta
pengarahan yang benar tentang apa itu seksualitas. Selain pengertian serta
pengarahan dari orang tua pasti mereka belum merasa puas sehingga memungkinkan
mereka untuk mencari tau lagi tentang hal tersebut pada internet, padahal tidak
semua jawaban atau pengertian tentang seksualitas di internet itu cocok dengan
perkembangan psikologi remaja. Untuk itu diharapkan mereka mendapat pengertian
dan pendidikan yang cukup dan sesuai dengan perkembangan mereka dari orang tua
atau pendidiknya masing-masing (Jamal Ma’mur Asmani, 2011:131).
6. Pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh budaya
barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk
mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya.
Lingkungan
adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia
hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu
adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi
baik pula. Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran
dan mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat
atau pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhi untuk mencoba.
Sebagaimana diketahui bahwa para remaja umumnya sangat senang dengan gaya hidup
yang baru tanpa melihat faktor negatifnya, karena anggapan ketinggalan zaman
jika tidak mengikutinya
7. Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam
kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu faktor
terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan
yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap
tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.
Pembinaan
moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak
kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti
mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas
ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada
permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat
yang dipandang baik.
Maka
pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui teladan yang baik berupa
hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena apa yang diperoleh dalam
rumah tangga remaja akan dibawa ke lingkungan masyarakat. Oleh karena itu
pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk
menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari
depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan
berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri.
Pemahaman
tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui kedua orang tua
dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar
nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang ingin
mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Kondisi
masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu pengetahuan mengakibatkan
kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu
menjadi tertinggal di belakang. Dalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari
agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan moral,
tingkah laku dan perbuatan – perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi
contoh atau tauladan bagi anak-anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya
kenakalan remaja.
Selain itu
menurut Dr. Kartini Kartono juga berpendapat bahwasannya faktor penyebab
terjadinya kenakalan remaja antara lain:
Ø
Anak
kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan orang tua,
terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing–masing sibuk mengurusi
permasalahan serta konflik batin sendiri.
Ø
Kebutuhan
fisik maupun psikis anak–anak remaja yang tidak terpenuhi, keinginan dan
harapan anak–anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan
kompensasinya.
Ø
Anak
tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk
hidup normal, mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan kontrol-diri yang
baik
Maka dengan demikian perhatian dan kasih sayang dari
orang tua merupakan suatu dorongan yang berpengaruh dalam kejiwaan seorang
remaja dalam membentuk kepribadian serta sikap remaja sehari-hari. Jadi
perhatian dan kasih sayang dari orang tua merupakan faktor penyebab terjadinya
kenakalan remaja.
Akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja antara lain (Medan,2012:9):
1. Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat
dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja akan berdampak bagi dirinya sendiri
dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan itu dapat
memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja.
Dampak bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena gaya hidup
yang tidak teratur. Sedangkan dampak bagi mental yaitu kenakalan remaja
tersebut akan mengantarnya kepada mental-mental yang lembek, berfikir tidak
stabil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral yang pada
akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus
berlangsung selama remaja tersebut tidak memiliki orang yang membimbing dan
mengarahkan.
2. Bagi keluarga
Anak
merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung keluarga
apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Apabila remaja selaku anak dalam
keluarga berkelakuan menyimpang dari ajaran agama, akan berakibat terjadi ketidakharmonisan
di dalam kekuarga dan putusnya komunikasi antara orang tua dan anak. Tentunya
hal ini sangat tidak baik karena dapat mengakibatkan remaja sering keluar malam
dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang
dengan jalan minum-minuman keras atau mengkonsumsi narkoba. Pada akhirnya
keluarga akan merasa malu dan kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja.
Padahal kesemuanya itu dilakukan remaja hanya untuk melampiaskan rasa
kekecewaannya terhadap apa yang terjadi dalam keluarganya.
3. Bagi lingkungan masyarakat
Apabila
remaja berbuat kesalahan dalam kehidupan masyarakat, dampaknya akan buruk bagi
dirinya dan keluarga. Masyarakat akan menganggap bahwa remaja itu adalah tipe
orang yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukan ataupun mengganggu
ketentraman masyarakat. Mereka dianggap anggota masyarakat yang memiliki moral
rusak, dan pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek. Untuk
merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati
yang penuh keikhlasan.
2.4 Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Dari berbagai factor tersebut dapat disimpulkan
bahwa masalah kenakalan tersebut bukanlah masalah yang sepele, perlu adanya
tindakan atau penanggulangan terhadap masalah tersebut agar tidak berkelanjutan
dan tidak merusak atau merugikan banyak pihak. Kenakalan remaja dalam
bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat
umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan kenakalan
remaja antara lain:
1)
Tindakan Preventif
Usaha
pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara
berikut:
a)
Mengenal
dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.
b)
Mengetahui
kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan
mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya pelampiasan dalam bentuk
kenakalan.
Usaha
pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:
a)
Menguatkan
sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
b)
Memberikan
pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan
pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan
etiket.
c)
Menyediakan
sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi
yang wajar.
d)
Memberikan
wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
e)
Memperkuat
motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan
sosial yang baik.
f)
Mengadakan
kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan dan
pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
g)
Memperbaiki
keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana
banyak terjadi kenakalan remaja.
Sebagaimana
disebut di atas, bahwa keluarga juga mempunyai andil dalam membentuk pribadi
seorang remaja. Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai dari diri
sendiri dan keluarga. Mulailah perbaikan dari sikap yang paling sederhana,
seperti selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca doa setiap melakukan
hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada anak dan masih
banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga. Memang tidak mudah melakukan
dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa dilakukan dengan
pembinaan yang perlahan dan sabar.
Dengan
usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan mengembangkan diri dengan baik
sehingga keseimbangan diri yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi akan
dicapai. Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja kepada perbuatan yang
pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan
kesulitan atau persoalan masing-masing.
Usaha
pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para pendidik terhadap
kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh
guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik
lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja dengan mengamati,
memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkah laku
remaja di rumah dan di sekolah.
Sekolah
adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan remaja. Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk
memulai perbaikan remaja, di antaranya melakukan program “monitoring” pembinaan
remaja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler yang ada
di sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif bagi remaja.
Pemberian
bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian remaja
mengenai:
a.
Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain.
b.
Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan
diri dengan tuntutan tersebut.
c.
Orientasi diri:
mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap
sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan
yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan:
1.
Pendekatan
langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu
mengatasinya.
2.
Pendekatan
melalui kelompok, di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok
kecil tersebut.
2)
Tindakan Represif
Usaha
menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan adanya sanksi
tegas pelaku kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku
tersebut “jera” dan tidak berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena itu,
tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau hukuman secara langsung bagi
yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.
Sebagai
contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam
keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua
terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata
tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus
dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
Di
lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman
terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal, guru juga berhak
bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran
dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing
bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan
pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam
bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan
orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau
pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung
dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.
3)
Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Tindakan
ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap
perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan
lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus yang sering ditangani
oleh suatu lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
Cara mengatasi kenakalan remaja yang lain menurut
Jamal Ma’mur Asmani yaitu dipengaruhi oleh:
·
Peran
Vital Guru
Guru
adalah sosok yang selayaknya menjadi teladan bagi remaja di sekolah. Guru juga
menjadi tokoh panutan. Guru yang baik menjadi cermin bagi anak didiknya,
ucapan-ucapannya didengar dan menjadi panutan, sementara perilaku dijadikan
rujukan. Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab besar untuk mendidik anak
didik secara objektife, konsisten, dan dinamis. Guru yang ideal tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan semata, tapi juga dapat mengubah nilai, perilaku,
dan moral anak didik sesuai ajaran agama dan budaya luhur bangsa.
Menurut
Muhibbin Syah, M.Ed., guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan factor
penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan
mengenai pembaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada criteria
sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan selalu bermuara pada
guru. Hal ini menunjukkan betapa berartinya posisi guru dalam pendidikan.
Adapun
Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Guru antara lain:
Prayitno (2003) merinci peran, tugas,
dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
sebagai berikut.
a.
Membantu
memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
b.
Membantu
konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
c.
Mengalihtangankan
siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling pada konseltor.
d.
Menerima
siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan
pelayanan khusus, seperti pengajaran, atau latihan perbaikan dan program
pengayaan.
e.
Membantu
mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa, dan hubungan siswa-siswa yang
menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbing dan konseling.
Untuk
guru dimasa depan harus lebih memahami dan mendalami dunia penelitian, supaya
ilmunya terus berkembang dinamis dan prespektifnya futuristic, maka untuk menyambut tantangan profesionalitas tersebut
guru perlu berfikir secara antisipatif
dan proaktif. Guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya secara terus – menerus.
·
Mengembangkan
pengetahuan
Melihat
tantangan masa depan semakin berat, maka guru harus terus mengasah kemampuan
ilmu secara maksimal agar mampu memberikan sesuatu yang baru kepada anak didik.
Menurut Prof. Suyanto, M.Ed., Ph.D. dan Drs. Djihad Hisyam, M.Pd guru masa
depan harus dinamis dan kreatif dalam mencari dan memanfaatkan sumber-sumber
informasi. Dalam era globalisasi, arus informasi dapat muncul dari berbagai
media. Akibatnya guru dimasa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang
yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang
sedang tumbuh, berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagad raya.
·
Keteladanan
Keteladanan
yang baik dari kepala sekolah, guru dan semua personel sekolah adalah suatu
keniscayaan dalam upaya pembangunan moral yang baik. Keteladanan dalam berkata,
berperilaku, mengamalkan ajaran agama dan menghargai orang lain yang
diperagakan oleh guru akan menimbulkan efek sangat membekas dalam kepribadian
para remaja disekolah.
Menurut
Dra. Nurul Zuhriah, M.Si dalam pendidikan budu pekerti huru dituntut untuk
tidak hanya mampu memberikan pemahaman materi ilmu pengetahuan tetapi juga
diharapkan bisa mengubah akhlak akhlak anak didik sehingga mereka kelak menjadi
manusia yang berbudi luhur. Metodologi pengajaran tidak boleh bersifat
otoriter, tetapi harus dinamis serta mampu menyerap dan mengembangkan daya
piker, daya nalar, dan respon anak didik.
Mengubah
manusia tidak seperti mengubah barang. Karena manusia mempunyai hati, pikiran,
nafsu, perasaan dan feeling, maka untuk mengubah watak manusia juga harus
sekalian mengubah hati, pikiran, nafsu dan juga feeling-nya. Tentu ini semua
merupakan proses yang panjang dan berliku yang membutuhkan kesabaran,
konsistensi, dan keteguhan bukan sebuah proses instan yang sekali jadi terus
selesai. Oleh karena itu, ketekunan dan keuletan dari guru adalah sesuatu yang
wajib hukumnya.
·
Pendekatan
agama yang mencerahkan
Agama
adalah elemen penting yang mempunyai kekuatan mengubah. Namun tidak semua
materi agama bisa membawa perubahan. Hanya materi agama yang membawa pencerahan
saja yang mampu mengubah perilaku seseorang. Ajaran agama yang harus diberikan
kepada anak sejak dini adalah kepercayaan, keberanian, pergaulan social yang
baik, sikap mandiri, moderat, menjaga kehormatan, menepati janji, menghormati
orang lain, cinta kasih, mengutamakan orang lain, kesantunan dan adil.
·
Optimalisasi
Pendidikan Moral dan Budu Pekerti
·
Pendekatan
Psikologi yang Humanis dan Persuasif
·
Bimbingan
Konseling
·
Pendekatan
Agama dan Kesehatan
·
Pembekalan
Aspek Hukum dll.
Solusi internal bagi seorang remaja dalam
mengendalikan kenakalan remaja antara lain:
Ø Kegagalan
mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga
mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
Ø Adanya
motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
Ø Remaja
menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif, seperti berolahraga,
melukis, mengikuti event perlombaan, dan penyaluran hobi.
Ø Remaja
pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan
dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
Ø Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Jika berbagai solusi dan pembinaan di atas
dilakukan, diharapkan kemungkinan terjadinya kenakalan remaja ini akan semakin
berkurang dan teratasi. Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah
kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa segala usaha pengendalian kenakalan
remaja harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian remaja yang mantap,
serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi
kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota
masyarakat, bangsa dan tanah air.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan
jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa
kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik,
psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada
masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya (Anie Comely,2011). Seringkali
didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak
menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya,
seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.
Ciri–ciri kenakalan
remaja tersebut antara lain seperti yang diungkapkan Bapak M Sihabus Syafaat
yaitu :
a.
Pemarah, apabila menghadapi suatu permasalahan dan masalah terasa
tidak cocok maka seketika itu bisa langsung marah.
b.
Pemalas, biasanya kalau seseorang apabila sudah terjerumus kedalam
hal yang negatif biasanya akan menjedi seorang yang pemalas dalam segala
hal-hal yang bersifat baik.
c.
tidak memiliki rasa belas kasih yang besar.
d.
mudah putus asa atau tidak sabaran.
e.
apabila dilihat dari segi pakaiannya tidak pernah memakai pakaian
yang layak atau sering memakai pakaian yang tidak pantas untk
dipakai, seperti laki-laki memakai pakaian perempuan atau
sebaliknya.
f.
potongan rambut atau keadaan tubuhnya tidak pernah diperhatikan.
g.
tidak mengenal yang namanya dosa.
h. dan tidak pernah merasa
takut terhadap siapapun.
Berbagai
faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
a)
Faktor
Internal
ü Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis
pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
ü Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret
pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan
dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
b)
Faktor
eksternal:
ü
Keluarga
dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluargapun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
ü
Teman
sebaya yang kurang baik.
ü
Komunitas/lingkungan
tempat tinggal yang kurang baik.
Perlu
adanya tindakan atau penanggulangan terhadap masalah tersebut agar tidak
berkelanjutan dan tidak merusak atau merugikan banyak pihak. Kenakalan remaja
dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum
maupun bagi diri remaja itu sendiri.\
3.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih menaruh perhatian terhadap
persoalan sosial, terutama kenakalan remaja. Hendaknya kita dapat mencegah dan
mengendalikan perilaku remaja sehingga tidak menimbulkan masalah sosial yang
terjadi akibat kenakalan-kenakalan remaja tersebut. Diharapkan juga untuk para
pendidik baik orang tua maupun guru lebih membri perhatian khusus pada saat
mereka mengalami pubertas atau beranjak dewasa agar mereka tidak salah
menafsirkan atau menganggap hal-hal yang hanya dilihatnya saja karena belum
tentu yang mereka lihat dan ketahui itu benar adanya (positif).
DAFTAR
PUSTAKA
Asmani,
Jamal Ma’mur. 2012. Kiat Mengatasi
Kenakalan Remaja di Sekolah.
Wonokerto: Buku Biru.
http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/
diakses tanggal 04 Januari 2013.
http://www.sukabumikota.go.id/anak/Proses%20Belajar/Kenakalan%20Remaja.pdf diakses tanggal 04 Januari 2013.
Prastowo,
Andi. 2012. Seabrek Perilaku/ Sikap Orang Tua yang Harus di Hindari Terhadap
Anak. Bantul: Buku Biru.
http://aniekhyday.blogspot.com/2011/04/artikel-kenakalan-remaja.html
diakses tanggal 08 Januari 2013.
http://langlangjanari.blogspot.com/2012/11/contoh-makalah-kenakalan-remaja.html
diakses tanggal 08 Januari 2013.
http://konselingbatam.blogspot.com/2009/12/kenakalan-remaja-dan-solusinya.html
diakses tanggal 10 Januari 2013.
http://trypuji.blogspot.com/2009/12/masalah-kenakalan-remaja-dan-solusinya.html
diakses tanggal 12 Januari 2013.